Tanjung Kasuari
Siang itu, berempat kami berkunjung ke salah satu objek
wisata Pantai di Kota Sorong dengan pasir putihnya. Pantai ini berjarak ± 20 KM
dari pusat kota Sorong. Untuk menuju ke sana bisa ditempuh dengan menggunakan
mobil ataupun motor dan kami berempat menggunakan mobil. Yang perlu
diperhatikan, tidak ada petunjuk arah untuk ke pantai ini dari pusat kota, jadi
yang kami lakukan adalah mengikuti arah jalan Kasuari melalui gmaps dengan
lokasi sebagai berikut: https://www.google.com/maps?ll=-0.859095,131.258921&z=13&t=m&hl=en-US&gl=ID&mapclient=embed
.
Jalan menuju ke sana tidak sulit dan sudah bagus, walau ada
juga jalan yang rusak, namun tidak terlalu parah dan masih bisa dilewati
meskipun harus memelankan laju kendaraan.
Jalan menuju ke
pantai yang dipadati rumah penduduk.
Memasuki kelurahan Tanjung Kasuari, akan banyak terlihat
plang dengan nama2 pantai. Setiap plang hanya berjarak ± 100 m. Kami sempat
bingung mana pantai Tanjung Kasuarinya, karena tidak terlihat plang dengan nama
Pantai Tanjung Kasuari.
Plang Melbourne Beach (salah satu plang pantai)
Dan setelahnya, kami baru tahu
bahwa Tanjung Kasuari sendiri adalah nama daerah yang memiliki pantai di
sepanjang Jl Kasuari. Ada banyak nama pantai yang kami jumpai dan masing-masing
memang memiliki pantai yang dikelola secara pribadi oleh penduduk sekitar. Dan
masing-masing pantai itu mempunyai tarif sendiri untuk masuk.
Karena bingung mau coba masuk ke
pantai mana, akhirnya kami menentukan pilihan ke salah satu lokasi pantai
yang terletak paling ujung dan tidak mempunyai plang nama. Pantai di sini
terlihat alami dan sepertinya memang dibiarkan seperti itu dengan 2 pendopo
yang masih terlihat kokoh.
Setelah memarkir mobil, kami turun
untuk melihat kondisi pantai, tiba-tiba seorang Ibu keluar dan menghampiri
kami, namanya Bu Ria, warga setempat yang mengelola pantai ini. Beliau berasal
dari Surabaya, namun lahir dan besar di Sorong.
Pemandangan Pantai
Dengan sopan, Bu Ria meminta kami
membayar untuk bersantai sepuasnya di pantai ini. Cukup murah, untuk 1 mobil
dikenakan Rp 20.000 (Juli 2015), catatan lagi setiap pantai bisa berbeda
biayanya, tergantung dari masing-masing pengelola.
Menurut informasi Bu Ria, pada
hari libur pantai ini selalu ramai oleh pengunjung. Kebanyakan dari mereka
datang untuk berenang dengan santai atau hanya sekedar beristirahat bersama
keluarga dan teman – teman. Karena pada saat itu bulan puasa, maka tidak seramai
biasanya walaupun itu hari Minggu.
Kami kemudian duduk di salah satu
gazebo dan membawa perbekalan keluar dari mobil, sambil tidur-tiduran dan
bersantai sejenak. Di sekitar pantai ini tidak ada warung makan atau jajanan,
beruntung kami membawa makanan dan minuman dari rumah. Tidak lama, datang
seorang Ibu sambil menggendong bakul yang berisi jagung manis. Ketika ditanya,
ternyata jagungnya memang dijual, harganya Rp 7.000/jagung. Nikmatnya makan
jagung manis hangat di pinggir pantai :D ..
dan setelah puas makan dan beristirahat, saatnya main air! Waktu
menunjukan pukul 15.00 WIT dan sudah tidak terlalu panas.
Sekedar saran, jangan lupa juga
untuk membawa tikar jika ingin duduk-duduk jika pendopo penuh.
Pendopo dengan atap daun
Selesai berenang dan main air,
kami mandi di kamar mandi atau lebih tepatnya bilik-bilik yang dibuat seadanya
dengan membayar Rp 2.000,-. Bilik untuk mandi ini tidak beratap, dan terbuat dari
seng-seng serta kayu.
Karena waktu sudah beranjak sore,
kami memutuskan untuk pulang sebelum gelap. Ini karena jalan pulang yang akan
kita lalui kurang dilengkapi dengan penerangan yang memadai, ditambah daerahnya
masih belum kita kenal, jadi lebih baik mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi.
Jika mampir ke Sorong,
pantai-pantai di sepanjang Tanjung Kasuari ini bisa menjadi salah satu tujuan
wisata yang asri. Jangan lupa untuk selalu menjaga kelestariannya dengan tidak
meninggalkan sampah ya.
Selamat menikmati alam pantai!
No comments:
Post a Comment