Rasanya lama ingin menulis dan mencurahkan lagi pada
berlembar2 ms word hehe.., tapi karena beberapa hal jadi tertunda :)
Anyway, kita tidak akan pernah membayangkan akan seperti apa
setahun berikutnya yang akan saya lewati ke depannya. Tepat 4 tahun saya dan
dwy menjadi teman seperjalanan dan tempat saling berbagi, 2014, lagi2 bersama
sekelompok teman seperjalanan lainnya berangkat untuk kembali merayakan
indahnya salah satu ciptaanNya, Gunung Ciremai. Pada saat itu juga kejadian
lamaran mengejutkan sekaligus menyenangkan tak terduga terjadi di atas puncak
Ciremai. Yes! Dan pertanyaan selanjutnya adalah, siapkah untuk langkah
selanjutnya? Bukan hanya untuk turun dari Ciremai dan kembali pulang, tapi
sebuah langkah lain yang akan merubah seluruh perjalanan hidup bertahun-tahun
ke depan.
Who knows? Hanya proses yang bisa menjawab itu selama
bulan-bulan ke depan. Hingga masuk ke tahun berikutnya, 2015, sebuah
perencanaan matang sudah tertuang, terbicarakan, dan terlaksana tepat pada tgl
9 Mei, sebuah perayaan cinta dan janji yang terucap seumur hidup disaksikan
ratusan mata. Kami menikah! Berikutnya sesuai dengan adat istiadat Indonesia
yang sangat kental, pertanyaan berikutnya akan selalu muncul mengikuti bahkan
mungkin menghantui: ‘Udah ‘isi’? Sampai saya menuliskan yang berikutnya, saya
dan dwy memang sudah sepakat sejak awal, untuk menunda paling tidak 1 tahun
sampai kami memang benar telah siap. Kami sepakat juga bahwa tidak ada obat2an
atau alat apapun yang digunakan untuk menunda tadi. Sistem kalender cukup.
Tahun yang indah bisa dibilang, saya atau mungkin dwy bahkan
tidak menyangka perjalanan yang akan kami lalui sepanjang tahun 2015 lalu. Ketika
kesempatan datang, kami dengan senang hati mengambil itu dan mulai menjelajah.
Jiwa ini tidak bisa hilang :) Untuk saya pribadi, keputusan yang cukup besar
mengetahui semua akan benar-benar kami jalani sendiri, memulai kesibukan sendiri,
belajar sesuatu yang baru sekaligus menyesuaikan kondisi dan keadaan dengan
lingkungan yang asing sama sekali.
Ketika menjejakkan kaki di tanah Papua, semua pandangan
mulai berubah. Mungkin karena minim informasi yang bisa saya dapatkan atau
mungkin karna saya datang di salah satu kota pelabuhannya, Sorong. Kota ini
maju, namun jangan bandingkan dengan Jakarta dan sekitanya yang ada di pulau
Jawa. Semua sudah serba ada, cafe, restaurant, toserba, walaupun tidak ada
minimarket 24jam seperti di Jawa. Dan tempat wisata alam adalah destinasi
berikutnya di otak saya dan dwy. Saya sendiri tidak menyangka, akan
menginjakkan kaki dan menjelajah daerah Timur Indonesia yang bahkan banyak
orang berpikir 2x karna sarana transportasinya yang cukup mahal. Hampir semua
wisata alam yang saya kunjungi di sini beralam pantai. Saya tidak pandai2 amat berenang sampai
menyelam, tapi kekaguman saya dengan pantai-pantai di wilayah Timur Indonesia
dan keinginan untuk melihat lebih jauh namun lebih dekat mengalahkan rasa takut
terhadap laut.
Kesempatan yang mungkin hanya 1x seumur hidup tidak kami
sia2kan. Kami mengunjungi pantai Ora di P. Seram, Maluku saat libur Lebaran.
Waktu yang tepat dan teman seperjalanan yang hebat melengkapi semuanya :) Asyik
sekali ternyata melakukan perjalanan dengan mobil walau lelah ^^ Kota Ambon
yang cantik sangat membekas di hati dan kekaguman saya akan satu sosok pahlawan
wanita di sana membuat saya sangat terinspirasi. Kami telah mempersiapkan
tinggal cukup lama di Sorong walaupun pada waktunya kami mendapat kabar
mengejutkan, terjadi perubahan mendadak, dan sepertinya kami harus pindah
tempat lagi, beda pulau. Dengan segera kami memikirkan perpindahan dan mencari
waktu ke 1 destinasi yang mungkin tidak akan kami singgahi lagi, Raja Ampat. Tidak semahal yang kami bayangkan untuk pergi
ke sana. Kami juga baru mengetahuinya ketika di sana. Dengan berbekal tekad dan
kepercayaan, kami mengikuti open trip yang ada di salah satu situs online yang
terkenal dengan sapaan agan. Pada hari yang telah ditentukan, dan kebetulan
tepat 5 tahun jika kami masih pacaran, kami bertemu Raja Ampat.
Kejadian mengejutkan sekaligus membuat kami takut terjadi
sehari sebelum keberangkatan kami. Gempa 6.8 skala Ritcher mengguncang Sorong.
Dan ini benar-benar mengguncang, salah satu gempa terbesar yang pernah dialami
Sorong, saya dan dwy. Mungkin karena tempat kami dekat dengan pusat gempa saat
itu. Semalaman saya dan dwy tidak bisa tidur nyenyak karena kami dekat dengan
Pantai dan setelahnya masih terjadi banyak gempa susulan. Saya baru kali itu
merasa benar-benar takut dengan gempa. Kami menerka2 apa yang akan terjadi
besok? Apakah batal? Masih dengan tekad dan kepercayaan saya mengatakan untuk
tetap berangkat jika tidak ada isu yang membahayakan terutama tsunami. Semalaman
saya was2 dan mencari informasi sana-sini melalui internet tentu saja, walaupun
sinyal edge yang penting masih bisa jalan.
Syukurlah semua berjalan baik-baik saja. Saya sungguh
bersyukur kosan yang kami tinggali di lantai 2 masih kokoh berdiri dengan guncangan
sebesar itu . Kami berangkat dan memulai satu lagi petualangan alam dengan
gembira dan penasaran. Tentang Raja Ampat ini akan saya ceritakan terpisah,
tapi apa yang kami alami di sana tidak akan pernah kami lupakan. Jatuh cinta
dengan kejernihan bawah laut dan kecantikan alami alamnya.
Saya suka dan sangat merencanakan segala sesuatunya sampai
detail, walaupun terkadang tidak taktis hehe.. Setelah saya memulai segalanya
sendiri bersama dwy, banyak dari rencana itu harus berubah sesuai situasi dan kondisi.
Ya, memang tidak mudah berpindah-pindah tempat seperti itu dan beradaptasi
lagi. Beberapa kali saya berkesempatan mengunjungi Makassar dan merasakan kota
ini sangat mirip dengan Jakarta, serba padat :) Namun yang tidak kalah penting
adalah kuliner makanan khas dari tempat yang saya kunjungi. Di kota Makassar
ini adalah tempat wisata kuliner saya. Berkeliling mencoba berbagai makanan
adalah petualangan lainnya.
Sampai waktunya di penghujung September 2015 kami
benar-benar pindah ke satu kota yang menjadi destinasi wisata favorit, Manado.
Kuliner dan Bunaken mulai berlari2 dan berenang2 di pikiran saya. Ketika
pertama kali menginjakan kaki di sini dan harus ditinggal pergi saat itu juga
membuat saya agak was2. Tapi saya bertemu orng2 baik di sini. Mulai dari membantu
mencari kosan sampai membelikan makanan :) Manado adalah kota yang padat,
seperti Jakarta kecil. Maaf saya selalu membandingan dengan Jakarta karena saya
tinggal dan besar di sini :)
Karena sangat dekat dengan pantai, kota ini menjadi sangat
cantik karena selalu di hiasi dengan matahari terbenam di laut yang bisa kita
lihat dengan tidak bersusah payah mencapainya. Bahkan dari kosan tempat saya
tinggal, laut terlihat sangat tenang dan indah. Damai adalah kata yang tepat
menggambarkan kota ini. Hampir tidak pernah terdengar tindak kriminal parah
terjadi di sini. Budaya juga menjadi salah satu cerita menarik jika berkunjung
ke kota ini. Di sini kami berkesempatan juga mengunjungi danau Linow di Tomohon
dan singgah di Bitung untuk melihat sisi lain di luar Manado.
Suatu keajaiban lain terjadi di sini, saya dinyatakan
positif hamil! Perasaan campur aduk muncul yang kebanyakan adalah terkejut.
Saya tidak bisa tidak merasa senang, saya pun mulai mempersiapkan diri dan
berdoa semua untuk yang terbaik saja. Baiklah, tepat saat kehamilan dipastikan,
kabar mengejutkan lain muncul, dwy akan kembali ke Jakarta. Benar-benar kembali
bekerja di Jakarta dan tinggal. Wah, wah, wah.. Walaupun sebenarnya agak berat menerima kabar
perpindahan, kehamilan saya meneguhkan dwy untuk kembali ke Jakarta. Tiba-tiba
terlintas, Bunaken! Itu bahkan belum sempat kami rencanakan.
Sangat susah ternyata
mencari open trip ke sana, tapi memang segalanya tidak selalu sesuai
dengan bayangan. Suatu waktu, melalui satu media sosial saya melihat status
salah satu teman SMA berada di Manado. Kami merencakanan bertemu dan berbincang
yang pada akhirnya mencapai kesepakatan, kami akan berangkat bersama ke
Bunaken! Yeay! Setelah mencari berbagai informasi, kami bertekad membuka open trip
dan mencari orang untuk meringankan biaya tapi gagal. Di akhir November kami
berangkat ber 3, dan tepat sebelum berangkat menuju Bunaken, anggota kami
bertambah 2 orng dan kami pergi ber 5!hehe..Saya menyadari perubahan fisik
selama kehamilan, jadi saya sangat menjaga kondisi fisik untuk tetap prima dan
tidak kelelahan. Sangat aman berenang selama kehamilan, jadi saya pun berangkat
dengan percaya diri.
Kejutan manis lain
diberikan Tuhan di sana. Di tengah perjalanan menuju satu pulau untuk
snorkeling, kami di kejutkan dengan kemunculan lumba2 secara tiba2 dari jauh.
Dan dengan kebaikan hati nahkoda kapal untuk mengikuti arah perginya, kami
dapat melihat dengan lebih dekat. Saya dan yang lain sama girangnya. Ini adalah
lumba2 pertama yang saya lihat di alam bebas, di lautan berlompatan dengan
bebas. Anggun dan menyejukkan hati :)
Serasa terbayar
lunas, kami pun mempersiapkan kepulangan kami ke Jakarta dengan iklas :D Saya
sendiri sudah dipersiapkan untuk tidak kembali lagi ke Manado dan tinggal di
rmh depok sampai kelahiran Little J. Saya memanggilnya bergitu karena perkiraan
kelahiran akan terjadi pada akhir bulan Juni. Seminggu sebelum pulang saya
check up ke dokter dan Little J terlihat sangat sehat, sudah lompat2an pula :D dengan
detak jantung yang terdengar sangat jelas melalui alat USG. Saya mulai
membayangkan dalam benak saya apa saja yang harus saya lakukan nantinya.
Entah kenapa saya rindu juga dengan Jakarta, mungkin tidak
dengan Kota Jakarta tapi dengan kampung halaman dimana saya lama tinggal dan
dibesarkan dan tentunya dengan masakan ibunda tercinta. Beberapa hari sebelum
Natal kami pulang, merasakan kembali atmosfir kota Jakarta dengan segala
kemacetannya ^^. Banyak agenda yang akan dilakukan di sana dan saya merasa
senang bisa kembali bersama orang-orang tercinta setelah pergi jauh.
2015 menjadi sangat
berarti dengan banyaknya kisah dan petualangan baru. Keputusan yang tepat,
orang2 yang tepat dan selalu dengan waktu yang tepat :)
Entah apa yang menjadi rencanaNya, di awal 2016 ini kami
kembali belajar tentang pengharapan dan mencintai. Bahwa sekali lagi apa yang
sudah direncanakan tidak selalu sesuai dengan apa yang terjadi. Kami kehilangan
Little J. Untuk pertama kali setelah sekian lama kami merasakan kehilangan yang
sangat. Didiagnosa Hidrops, jantungnya berhenti berdetak entah kapan dan saya
tidak merasakan apa2 sama sekali. Saya tidak bisa tidur berhari-hari dan menangis
setiap kali. Tapi kami belajar banyak dari sini. Kami merasakan harapan untuk
sesuatu yang lebih baik dan saya bersyukur pernah merasakan keajaiban Tuhan
yang hidup dan tinggal walau hanya beberapa bulan. Mencintai sesuatu yang
bahkan tidak bisa dilihat dan dirasa setiap harinya. Kami hanya bisa berdoa
saat ini bahwa segalanya akan menjadi baik kembali entah kapan waktunya.
Kepercayaan yang kuat tidak akan pudar, dan saya tahu Tuhan akan selalu
melakukan sisanya :)
Langkah-langkah yang baru akan dimulai dan dicetak. Entah
sampai berapa lama kita bisa menikmati hidup, tertawalah dan menangislah.
Berjalanlah dengan benar dan lakukanlah semua dengan berusaha yang terbaik.
Apapun yang menunggu untuk dilewati, 2016 semoga diberkati :)
22Jan16